Pengaruh Pembuatan Subsidi BBM Terhadap M1
dan M2 serta Income Perkapita
Kelompok
Ade Melisa (20212126)
Eva Nor Octania (22212575)
Indriyani Rachmawati (28212419)
Ine Lettysia (23212728)
Malicha Aulia Zatalini (24212401)
SMAK06-3
Sebelumnya,
pemerintah memberikan subsidi BBM guna memudahkan rakyat dalam hal
penyelenggaraan kegiatan ekonomi. Kenyataannya, subsidi BBM tidak tepat
sasaran. Kebijakan ini dimanfaatkan oleh sindikat pengusaha yang semestinya
tidak menggunakan BBM bersubsidi dalam hal operasional perusahaannya.
Pengeluaran pemerintah membengkak akibat dari permintaan BBM bersubsidi yang
melonjak.
Pada
akhirnya, pemerintah memutuskan untuk membatasi jumlah BBM bersubsidi. Hal ini
menuai pro kontra dan dampak yang tidak dapat terhindarkan. Kondisi
perekonomian terpengaruh akibat dari pengambilan kebijakan tersebut. Kebijakan
pembatasan BBM diambil karena tidak kuatnya pemerintah dalam memberikan subsidi
terhadap masyarakat yang didapat dari alokasi anggaran Negara. Pembatasan
subsidi BBM menyebabkan mahalnya barang-barang lain.
Pembatasan
subsidi BBM juga dapat menyebabkan biaya produksi meningkat. BBM sangat
mempengaruhi setiap kegiatan operasional perusahaan. Inflasi yang terjadi pada
kondisi ini adalah Cost Push Inflation.
Karena inflasi disebabkan biaya produksi yang meningkat, jika dilihat dari segi
sumbernya, inflasi pada kondisi ini dikategorikan sebagai Domestic Inflation. Hasrat dalam berinvestasi juga merosot karena
perkembangan beberapa perusahaan yang stagnan, masyarakat yang memiliki
penghasilan yang tetap tetapi harga dari kebutuhan yang meningkat akan berupaya
meminimalisasi kuantitas dari permintaanya atau mengganti kepada barang lain
yang kualitasnya jauh lebih rendah.
Dalam kondisi
inflasi seperti ini, peran Bank sentral sangat dibutuhkan. Bank Indonesia berperan
dalam mengatur jumlah uang beredar di mayarakat. Kenaikan harga BBM menyebabkan
dampak yang bersifat konkret yaitu jumlah uang beredar di masyarakat meningkat.
Langkah yang dapat dilakukan Bank Indonesia adalah mengatur tingkat suku bunga.
Kebijakan ini biasa disebut politik diskonto yang merupakan salah satu dari
kebijakan moneter.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan
untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun.
Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas
bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha
dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur,
nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau
pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat
menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun,
bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa
menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya
terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mendorong
kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
PEMBAHASAN
1. Pengaruh
Jumlah Uang Beredar
Pengertian
Jumlah Uang Beredar (JUB)
·
Uang Beredar Dalam Arti
Sempit (Narrow Money = M1)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti
sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat.
Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di
bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang
kartal. Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro)
masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang
beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk melakukan
berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank yang terdapat
pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
·
Uang Beredar Dalam Arti
Luas (Broad money = M2)
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari uang
beredar dalam arti sempit dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah
simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time
deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar,
dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan
menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang
dilakukan.
Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank Indonesia sebagai
otoritas moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Dengan
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mengendalikan uang beredar
dan suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan
kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secara fleksibel. Hal ini
akan mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu
jika Bank Indonesia terlalu intervensi dalam hal pengendalian jumlah uang
beredar. Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan suku bunga tidak boleh
terlalu longgar karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai
uang, yang akan mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan mempersulit
perencanaan bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan
oleh bank sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan kebijakan
moneternya baik melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga.
2.
Pengaruh Pembatasan subsidi BBM dengan income per kapita
Sebelumnya, kita sudah mengetahui bahwa
subsidi BBM yang dibatasi pemerintah akan mengakibatkan inflasi. Hal ini juga
mengakibatkan biaya produksi yang meningkat kerja mengalami penurunan. Biaya atas tenaga
kerja juga semakin besar, akibatnya Pemutusan Hubungan Kerja akan terjadi. Hal
ini mengakibatkan pengangguran, dan pendapatan nasional pun akan semakin kecil.
merupakan salah satu komponen dalam penghitungan
pendapatan nasional. Inflasi akibat cost push inflation akan menurunkan nilai
pendapatan per kapita.
Dalam hal menyikapi inflasi
diperlukan tindakan yang bersifat terbailik terhadap inflasi itu sendiri. Jika tingkat
inflasi tinggi yang mengakibatkan tingkat pengangguran tinggi maka perusahaan
akan mengambil tindakan mengurangi tenaga kerja yang digunakan, yaitu pemutusan
hubungan tenaga kerja untuk merendahkan inflasi itu sendiri agar masyarakat
memiliki daya beli terhdapa produksi sektor industri, yang membuat jumlah uang
bered perlukan maka diperlukan apabila
tingkat inflasi rendah, maka tingkat pengangguran menjadi tinggi. Inflasi dan
pengangguran merupakan dua keadaan yang sering dialami bersama-sama dalam suatu
periode dan keduanya seringkali tidak dapat didamaikan. Mempertahankan
pengerjaan penuh atau full employment dan mendorong pertumbuhan ekonomi
menghendaki kebijaksanaan yang sampai tingkat tertentu menimbulkan inflasi. Hal
ini disebabkan karena:
·
pembangunan
memerlukan investasi
·
pengeluaran
pemerintah untuk investasi menimbulkan permintaan barang dan jasa naik
·
kenaikan
permintaaan menimbulkan harga-harga naik
Jadi, untuk meringankan
inflasi harus ada sedikit pengangguran, sehingga hal ini menimbulkan suatu
trade off. Tenaga kerja dapat dikurangi hingga mendekati pengerjaan penuh,
tetapi inflasi menjadi rendah.
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar