Kamis, 12 Desember 2013

Flow dan Leakage

Diposting oleh eva di 23.47
Flow dan Leakage Dalam Aliran Ekonomi
Nama: Eva Nor Octania
NPM: 22212575
Kelas: SMAK06-3

Para ahli ekonomi menggambarkan perilaku ekonomi yang begitu komplek dengan menggunakan hubungan yang sederhana, Hubungan-hubungan ini menggambarkan bagaimana variable-variable ekonomi tersebut berkaitan satu sama lain.
Model-model hubungan yang dimaksud dapat berbentuk :
1. Persamaan matematik (mathematical equation).
2. Seperangkat diagram (a set of diagrams).
3. Scheme/flow/chart/grafik dan lain-lain.
Formulasi dalam persamaan matematik berikut ini : Selama aliran pendapatan dan pengeluaran serta output yang dihasilkan dalam jumlah yang sama, situasi perekonomian berada dalam keseimbangan ekonomi makro.

             Jadi : NNP = NNI =Y           NNP  = Net National Product.
                                              NNI   = Net National Income.
                                                          Y        = Pendapatan Keseimbangan.
1. Y = C + S                                      C        = Konsumsi
                                                                      S        = Tabungan
2. Y = C + I                                       I         = Investasi

Berikut syarat keseimbangan perekonomian 2,3,dan 4 sektor mengasilkan persamaan sebagai berikut :

·         C + S = C + I                 S = I     (SYARAT KESEIMBANGAN EKONOMI 2 SEKTOR)

·         Y = C + I + G – T                 S + T = I + G     (SYARAT KESEIMBANGAN 3 SEKTOR)
·         Y = C + I + G + X – M  (SYARAT KESEIMBANGAN 4 SEKTOR)
X = expor
M = impor
·   S + T + M = I + G + X   (merupakan syarat keseimbangan bagi  perekonomian terbuka (EMPAT SEKTOR).

Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa tidak mutlak I = S dan G = T serta X = M harus dalam jumlah yang sama, tetapi yang penting syarat untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro adalah jumlah kebocoran ( S + T + M ) dan jumlah injeksi  (I + G +X ) mesti dalam jumlah yang sama.

Jadi S + T + M = I + G + X
Harus ( I – S ) + ( G – T ) + ( X – M ) = 0

Menurut Ch.Waalich seorang ahli ekonomi, pasangan-pasangan I dan S, G dan T serta X dan M, merupakan tiga pasang variable strategis (The three pairs of strategic variables) yang menentukan keseimbangan moneter (Monetery Equilibrium).
Jika I > S dan G > T serta X > M ekonomi cenderung inflasi.
Sebaliknya,  jika I < S dan G < T serta X < M akan cenderung terjadi deflasi.
Kemiringan/sloope fungsi konsumsi menggambarkan tambahan konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan, yang disebut hasrat konsumsi marginal atau Marginal Propensity to Consume (MPC). Nilai MPC yang kurang dari satu, mempunyai arti bahwa dari setiap tambahan pendapatan tidak seluruhnya digunakan untuk tambahan saving/tabungan.
Ada anggapan yang mendasari konsep fungsi konsumen yang mengatakan, bahwa ada suatu tingkat pendapatan dimana pada tingkat itu seluruh pendapatan digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Titik pada tingkat itu disebut titik break even atau point of zero saving, yang berarti pada tingkat pendapatan tersebut masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menabung/saving.
Sebaliknya tingkat pendapatan yang berada dibawah titik break even menunjukan konsumsi lebih besar dari pendapatan, sehingga terjadi dissaving untuk menutupi kekurangan pengeluaran konsumsi tersebut.
                       
Dari postingan terdahulu (Perekonomian 4 Sektor)  telah dijelaskan bagaimana pengaruh pengeluaran rumah tangga konsumen, sektor perusahaan dan rumah tangga negara terhadap perekonomian nasional atau pendapatan nasional. Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana pengaruh perdagangan luar negeri (export dan import) terhadap perekonomian nasional.

Penerimaan export akan menaikan pendapatan dan selanjutnya akan menaikan aggregate demand. Jadi pengaruh export sama seperti pegaruh yag bersifat autonompus lainnya terhadap pendapatan nasional. Kenaikan dalam export akan menaikan permintaan akan barang dan jasa.
Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa terutama barang modal untuk investasi menyebabkan import akan meningkatkan pula. Jadi kenaikan import akan menambah barang dan jasa yang tersedia di pasar.

Pengeluaran untuk import ini mengakibatkan terjadinya aliran pendapatan ke luar negeri dan ini merupakan kebocoran terhadap aliran pendapatan nasional. Dengan demikian import merupakan fungsi dari pendapatan.

Fungsi import dapat ditulis dengan sebuah persamaan:
Mo + mY-------- dimana Mo = tingkat import yang bersifat otomous.
                                                      M = prosentase tertentu (%) dari setiap kenaikanpendapatan
                                                             Yang digunakan untk membiayai import.

Dari uraian tersebut dapatlah diketahui bahwa baik export maupun import mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan keseimbangan, melalui proses multipliernya, dimana export merupakan injeksi (injection) dan import merupakan kebocoran (leakage) dalam aliran pendapatan nasional.

Penentuan tingkat pendapatan keseimbangan

Syarat keseimbangan menghendaki injeksi harus sama besarnya dengan kebocoran.
Dengan demikian jika variable export dan import dalam penentuan tingkat pendapatan keseimbangan dapatlah diuraikan sebagai berikut:
Pengaruh Export terhadap Import
Penerimaan export akan meningkatkan pendapatan da selanjutnya menaikan aggregate demand.
Kenaikan aggregate demand meningkatkan permintaan akan barang dan jasa. Hal ini mendorong import menjadi naik.

Telah dibahas bahwa pajak propotional menurunkan nilai MPC product Nasional dan selanjutnya memperkecil nilai dan atau effect multipliernya. Dengan demikian bila dalam suatu perekonommian diberlakukan pajak propotional maka menjadikan perekonomian yang bersangkutan tidak sensitive terhadap perubahan aggregate demand, karena besarnya pungutan pajak tersebut tergantung kepada besarnya tingkat pendapatan masyarakat.
Dalam teori ekonomi pajak merupakan kebocoran dalam aliran perekonomian. Jadi kenaikkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya meningkatkan aggregate demand, dapat diimbangi oleh kebocoran yang disebabkan oleh bertambah besarnya pungutan pajak propotinal. Dengan demikian pajak propotional seperti pajak pendapatan dapat berfungsi sebagai built in atau dapat menstabilkan gerakan (konjungtur) perekonomian.
Bila terjadi gerakan menaik (konjungtur menaik) maka pendapatan cenderung akan meningkat seterusnya pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat yang akan menyebabkan aggregate demand naik. Situasi ini cenderung menjadikan perekonomian menuju kepada situasi inflasi.
Tetapi kenaikan pendapatan masyarakat yang diiringi dengan bertambah besarnya pungutan pajak membawa pengaruh kenaikan aggregate demand dapat distabilikan. Dengan demikian kecenderungan inflasi dapat dihilangkan paling tidak dapat ditekan seminimal mungkin.
Sebaliknya bila perekonomian dalam gerakan menurun (konjungtur menurun), yang cenderung menuju deflasi, pajak propotional dapat menstabilkan gerakan ekonomi tersebut.
Pada situasi ini penurunan pendapatan diimbangi oleh turunnya pungutan pajak membawa pengaruh kepada turunnya aggregate demand dapat tercegah/tertahan dan selanjutnya naik kembali. Karena adanya kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat yang disebabkan oleh turunnya pungutan pajak. Yang akhirnya kecenderungan deflasi dapat tercegah dengan sendirinya.

Sumber :
rusmanstieblog.files.wordpress.com/2009/10/ekonmakro.doc


0 komentar:

Posting Komentar

 

My Blog Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by web hosting